Jumat, 21 Mei 2010

Tak ingin menyerah

Tak ingin menyerah
Hanya saja aku kembali terluka dalam dimensi ruang dan waktu yang tak kusadari
Aku Tertawa dan menangis dalam raguku sendiri
Menghingar bingar dari celetukan tiap mata dan nada tanya yang singgah di kepala dan telingaku
Aku kembali menggusar dalam kepenatan dan kepasrahan yang kubuat sendiri
Dalam alunan harmoni yang tak kumengerti
Dalam dekapan diam dan keinginan yang dalam

Rabu, 05 Mei 2010

He's name is Zidan

Namanya zidan. Bla bla bla Zidan bla bla bla, tapi teman-temannya memanggilnya Zidan. Gurunya pun memanggilnya mas Zidan, sementara orangtuanya memanggilnya kakak karena dia adalah anak pertama dari perkawinan orangtuanya. Anaknya gemuk, bisa dikatakan mengalami obesitas untuk ukuran usia sembilan tahun. Kulitnya cukup hitam dibanding anggota keluarganya yang lain. Namun Orangtua zidan tidak pernah membandingkan zidan dengan orang lain. Ibunya sangat menyayangi Zidan layaknya sayang dan cinta sang ibu kepada anak. Setiap siang sang Ibu selalu berkunjung ke sekolah untuk menemani Zidan melahap makan siangnya yang dipesan dari catering sekolah. Terkadang sang ibu membawa menu lain, makanan kesukaaan Zidan, yakni menu makanan dari ayam.

Sabtu, 17 April 2010

melaju saja

Melaju saja
Toh kereta kehidupan telah lama menderu dengan waktu
Sementara tempat perhentian belum lagi terlihat
Terus saja lajukan roda itu
Berikan bahan bakar terbaiknya
Agar iramanya seiring dengan angin yang berhembus
Sehingga pemandangan yang terhampar di sekeliling rel
Menjadi panorama yang tak terbilang sia-sia

Gentar jangan menjadi aral
Ketika setitik keriuhan menjelma dalam kabut asap jalanan
Karena setiap perjalanan punya masing-masing parade
Parade kehidupan yang tak terbungkus kaca bening

Kamis, 01 April 2010

keyakinan

Aku percaya
Tuhan telah menggariskanku di sini
Dalam tanah yang belum kukenal
Dalam barisan sawah yang cukup luas membentang
Dan akhirnya Tuhan menyajikanku berbagai cerita

Cerita itu dikenal dengan persaudaraan yang membinaku atas dasar keimanan
Ada canda, ada tawa, ada air mata
Diajarkannya aku kerja keras dan semangat pantang menyerah
Dilantiknya aku menjadi salah satu sahabat sekaligus hamba Tuhan yang menyerahkan hidup hanya untuknya
Aku pun mengembara dalam relung-relung

Jumat, 12 Maret 2010

Rindu dan Tuhanku tahu

Tuhan, KAU yang lebih tahu tentang isi hati ini
Kepada siapa ia menitip rindu, kepada siapa ia menuju sepi
Katakan padanya Tuhan, aku rindu
Dalam satu bahasa yang terbaik untuknya
Entah, apakah itu berarti karunia mimpiMU
Atau sekedar degup cinta yang teralir do’a
Tapi jangan katakan padanya Tuhan
Akan kesedihan hati ini memikirkan jarak dan waktu
Karena air matanya pantang bagiku
Karena harapnya adalah api yang senantiasa hidup,
meski terkadang aku melihatnya redup

Kamis, 11 Maret 2010

Dilatasi Kehidupan

Kularutkan semua gelisah ini
Dan kegamangan yg kembali menebar teror
Dalam satu percakapan panjang denganMU
Kubiarkan waktuku berlalu
Dan hatiku menyesuaikan kembali pada tempatnya

Pada malam ini
Aku ingin bertemu dgMU
Menyelesaikan dialog hath yg tdk dapat kuakhiri
Sekaligus menjemput sedikit kedamaian

Rabu, 03 Februari 2010

sekelumit cerita dari kelas itu

sekelumit cerita tentang kelas itu, kelas biasa dengan manusia (semoga) luar biasa. cerita itu bermula hari ini, ketika aku bermula menjadi shadow untuk salah seorang penguhinya. anak lucu dan polos dengan porsi tubuh yang lumayan makan tempat. orangtuanya tidak berani untuk melepasnya sendiri dikelas dengan guru reguler biasa.maka resmilah aku menjadi pendampingnya

hari ini pucaknya, ketika aku pertama kali menjadi shadow. diawali dengan sedikit terlambat, ia sudah duduk dan bercanda dengan para temannya. dan nantinya menghabiskan hari ini dengan senyum ceria di wajahnya. aku senang melihatnya, manis, walaupun capaian belajarnya tidak semanis harapan orangtua. beberapa saat ia marah dengan ejekan dan ketidak mengertian teman-temannya ketika bermain.

Minggu, 24 Januari 2010

aku dan TUHANku

Tuhan
Entah ini sudah yang keberapa kalinya
Aku menjanjikan diriku sendiri
Untuk selalu taat padaMU, untuk mengikuti apa mauMU
Untuk terus sujud dan berdekatan hanya padaMU
Dalam tiap detik yang kupunya dan tersisa dari seluruh nafas umurku

Tuhan,
Entah ini kali ke berapa
Aku terjerambab dalam lubang yang sama
Dalam kemaksiatan mengesampingkanMU
Dengan keegoan yang tinggi berpura-pura tidak mengenalMU
Dan melenggang pasti dengan segala laranganMU

Tapi TUHAN aku belum menyerah
Dalam gemuruh hati ini akibat dosa yang semakin bertumpuk
Aku tahu
rahmatMU lebih besar daripada MurkaMU
maka ijinkan aku TUHAN
mengais sedikit kebaikan
sebagai bekalku membuka pintuMU dan menengok wajahMU yang telah lama kutunggu
amin

aku dan TUHANku

Tuhan 
Entah ini sudah yang keberapa kalinya
Aku menjanjikan diriku sendiri
Untuk selalu taat padaMU, untuk mengikuti apa mauMU
Untuk terus sujud dan berdekatan hanya padaMU
Dalam tiap detik yang kupunya dan tersisa dari seluruh nafas umurku

Tuhan,
Entah ini kali ke berapa
Aku terjerambab dalam lubang yang sama
Dalam kemaksiatan mengesampingkanMU
Dengan keegoan yang tinggi berpura-pura tidak mengenalMU
Dan melenggang pasti dengan segala laranganMU

Tapi TUHAN aku belum menyerah
Dalam gemuruh hati ini akibat dosa yang semakin bertumpuk
Aku tahu
rahmatMU lebih besar daripada MurkaMU
maka ijinkan aku TUHAN
mengais sedikit kebaikan
sebagai bekalku membuka pintuMU dan menengok wajahMU yang telah lama kutunggu
amin

Gelisah sebagai alarm diri

Suatu saat hatimu akan merasa gelisah, tak tahu apa yang sedang terjadi atau apa yang akan terjadi. Hanya gelisah saja. Rasanya bukan sedih tapi tak juga bahagia, seakan bingung tapi juga sedikit kelabu. Gelisah…dan tahukah engkau bahwasanya pada saat itu hati kita sedang memberikan kita sebuah tanda atau signal untuk raga dan jiwa kita bersiap akan sesuatu yang terjadi.

Pernahkah engkau mendengar sebuah perkataan dari seorang India, "Tentu, saya tahu seperti apa hati nurani saya. Ia seperti benda dengan tiga sudut di dalam sini," ia meletakkan telapak tangannya di dadanya, "yang tetap tidak bergerak jika saya berbuat baik. Tapi bila saya jahat, benda itu berputar, dan sudut-sudut itu sangat menyakitkan saya. Tetapi jika saya terus-menerus berbuat jahat, lama-kelamaan sudut-sudut itu aus dan tidak menyakiti saya lagi.

Jumat, 01 Januari 2010

Prinsip Dasar Self Hypnosis

Prinsip dasar dari Self Hypnosis adalah “berbicara” dan “memberikan instruksi” kepada diri kita sendiri. Yang dimaksud dengan “diri kita sendiri” dalam hal ini adalah “Pikiran Bawah Sadar”. Selanjutnya diharapkan jika pikiran bawah sadar sudah memahami apa yang kita “instruksi”-kan, maka pikiran bawah sadar ini akan mempengaruhi tindakan kita di kehidupan sehari-hari, mengingat kontribusi dari
pikiran bawah sadar sangat dominan, yaitu 88%.Bagaimana ya caranya “berbicara” atau “memberikan instruksi” kepada pikiran
bawah sadar ?

Pikiran bawah sadar memiliki “gerbang”, dan juga memiliki “bahasa” tersendiri. Oleh karena itu jika kita memiliki kemampuan untuk “membuka” gerbang ini, dan juga kita mampu berkomunikasi dengan “bahasa” yang dipahami oleh pikiran bawah sadar,maka kitapun dapat melakukan pemrograman diri sendiri seperti yang telah dijelaskan di awal. Jadi prinsip dasar dari Self Hypnosis adalah :
 Membuka gerbang pikiran bawah sadar
 Berbicara dengan pikiran bawah sadar sesuai dengan “bahasa” yang
dipahaminya.

Menunggu pelangi di seberang sana

Menanti pelangi di seberang sana
Dan menghirup udara dalam kesejukan yang berbeda
Menantikan keeping-keping es yang mencair
Kemudian aku akan menentukan kemana langkahku akan berpijak selanjutnya

Menunggu pelangi di sini
Dalam ruangku yang kadang tak kumengerti
Aku menanti hijau sehingga aku mampu mengambil bijaksana dan damainya
Aku menunggu merah agar kubenamkan sedikit keberanian menyuarakan kebenaran
Aku bersabar dalam biru agar rahasia kehidupan mengajarkanku sesuatu

Keyakinan

Aku percaya
Tuhan telah menggariskanku di sini
Dalam tanah yang belum kukenal
Dalam barisan sawah yang cukup luas membentang
Dan akhirnya Tuhan menyajikanku berbagai cerita

Cerita itu dikenal dengan persaudaraan yang membinaku atas dasar keimanan
Ada canda, ada tawa, ada air mata
Diajarkannya aku kerja keras dan semangat pantang menyerah
Dilantiknya aku menjadi salah satu sahabat sekaligus hamba Tuhan yang menyerahkan hidup hanya untuknya
Aku pun mengembara dalam relung-relung
Yang sedikit demi sedikit aku melihat cahaya

Tuhan memberiku satu momen
Di mana aku dikenalkan dengan diriku sendiri
Kemudian aku terpaku
Aku disampaikan pada sebuah pemahaman
Bahwa aku sempurna, begitu juga dengan keyakinan yang kumiliki
Aku tergugu

Detik kemudian berbilang
Aku melaju dan berburu
Pada waktu yang semakin menipis
Pada amal yang masih sekelumit
Pada keinginan untuk membeli syurga bagi orang-orang tercinta

Namun kemudian lajuku menyurut
Nafasku mungkin sesak dalam pacu yang melambat
Langkahku sedikit demi sedikit menggoyah,
Tak tentu arah

Mungkin ini yang dinamakan lawan atas keimanan
Mungkin ini label futur yang sering tersemat di beberapa kondisi
Atau ini yang dikenal dengan patah hati

Kemudian aku bertanya, dengan siapa aku patah hati ?
Untuk siapa kekecawaanku tertuju ?
Bagaimana aku bisa menjadi tak tentu arah

Seorang saudara coba menyejukkanku
“jika kau sedang merasa terkungkung dalam kegelapan, maka segeralah untuk mencari sakelar di dekatmu. Nyalakanlah dan akan kau dapati bahwa cahaya begitu ada dekat denganmu. Mengeluh dan hanya menunggu dalam kegelapan hanya akan membuat jiwamu semakin keruh, sulit untuk mengenali Pelita, meskipun lentera ada di dekat kakimu, di ujung lorong sana.”
Aku kemudian menekur, mencari kata
Meneguhkan jiwa, meski mungkin tak sehebat apa jua

Keyakinan

Aku percaya
Tuhan telah menggariskanku di sini
Dalam tanah yang belum kukenal
Dalam barisan sawah yang cukup luas membentang
Dan akhirnya Tuhan menyajikanku berbagai cerita

Cerita itu dikenal dengan persaudaraan yang membinaku atas dasar keimanan
Ada canda, ada tawa, ada air mata
Diajarkannya aku kerja keras dan semangat pantang menyerah
Dilantiknya aku menjadi salah satu sahabat sekaligus hamba Tuhan yang menyerahkan hidup hanya untuknya
Aku pun mengembara dalam relung-relung
Yang sedikit demi sedikit aku melihat cahaya

Tuhan memberiku satu momen
Di mana aku dikenalkan dengan diriku sendiri
Kemudian aku terpaku
Aku disampaikan pada sebuah pemahaman
Bahwa aku sempurna, begitu juga dengan keyakinan yang kumiliki
Aku tergugu

Detik kemudian berbilang
Aku melaju dan berburu
Pada waktu yang semakin menipis
Pada amal yang masih sekelumit
Pada keinginan untuk membeli syurga bagi orang-orang tercinta

Namun kemudian lajuku menyurut
Nafasku mungkin sesak dalam pacu yang melambat
Langkahku sedikit demi sedikit menggoyah,
Tak tentu arah

Mungkin ini yang dinamakan lawan atas keimanan
Mungkin ini label futur yang sering tersemat di beberapa kondisi
Atau ini yang dikenal dengan patah hati

Kemudian aku bertanya, dengan siapa aku patah hati ?
Untuk siapa kekecawaanku tertuju ?
Bagaimana aku bisa menjadi tak tentu arah

Seorang saudara coba menyejukkanku
“jika kau sedang merasa terkungkung dalam kegelapan, maka segeralah untuk mencari sakelar di dekatmu. Nyalakanlah dan akan kau dapati bahwa cahaya begitu ada dekat denganmu. Mengeluh dan hanya menunggu dalam kegelapan hanya akan membuat jiwamu semakin keruh, sulit untuk mengenali Pelita, meskipun lentera ada di dekat kakimu, di ujung lorong sana.”
Aku kemudian menekur, mencari kata
Meneguhkan jiwa, meski mungkin tak sehebat apa jua

Jika rasio tidak dapat menjangkau segalanya

Rasio sebuah nikmat dan anugerah yang hanya diberikan Tuhan kepada makhluknya yang mulia, manusia. Tidak diberi kepada hewan, tumbuhan bahkan malaikat yang notabene selalu bersinar dengan cahayanya, tapi hanya kepada manusia yang dibekalinya pula dengan keserakahan dan nafsu yang membumbung. Namun karena tak semarang diciptakan, akhirnya manusia pun dijadikan sebagai makhlukNYA yang paling sempurna.

Nikmat itu berupa rasio, anugerah itu bernama akal sehat manusia yang berirama dengan nurani yang selalu siap untuk berbicara walau terkadang tak siap untuk selalu didengarkan bahkan dilakukan. Dan sepatutnya manusia menjadi lebih bijak dari makhluk lain dengan kelebihannya, dalam segalanya

Hanya saja aku yakin rasio tak lagi dapat diandalkan ketika dunia telah melaju sebegini cepatnya tanpa didukung sahabat sejatinya, nurani yang selalu membisikkan sebentuk pengingat diri. Ada kalanya rasio tak lagi mampu berkata-kata dan menjelaskan apa atau bagaimana, namun dengan kebijaksanaannya ia akan mengandalkan hati sebagai titisan rasa menjadi sebentuk makna dan pemahaman, bahwa dunia pun butuh sebuah nuansa akan rasa, sedih, senang, haru atau bangga.