Kamis, 01 April 2010

keyakinan

Aku percaya
Tuhan telah menggariskanku di sini
Dalam tanah yang belum kukenal
Dalam barisan sawah yang cukup luas membentang
Dan akhirnya Tuhan menyajikanku berbagai cerita

Cerita itu dikenal dengan persaudaraan yang membinaku atas dasar keimanan
Ada canda, ada tawa, ada air mata
Diajarkannya aku kerja keras dan semangat pantang menyerah
Dilantiknya aku menjadi salah satu sahabat sekaligus hamba Tuhan yang menyerahkan hidup hanya untuknya
Aku pun mengembara dalam relung-relung
Yang sedikit demi sedikit aku melihat cahaya

Tuhan memberiku satu momen
Di mana aku dikenalkan dengan diriku sendiri
Kemudian aku terpaku
Aku disampaikan pada sebuah pemahaman
Bahwa aku sempurna, begitu juga dengan keyakinan yang kumiliki
Aku tergugu

Detik kemudian berbilang
Aku melaju dan berburu
Pada waktu yang semakin menipis
Pada amal yang masih sekelumit
Pada keinginan untuk membeli syurga bagi orang-orang tercinta

Namun kemudian lajuku menyurut
Nafasku mungkin sesak dalam pacu yang melambat
Langkahku sedikit demi sedikit menggoyah,
Tak tentu arah

Mungkin ini yang dinamakan lawan atas keimanan
Mungkin ini label futur yang sering tersemat di beberapa kondisi
Atau ini yang dikenal dengan patah hati

Kemudian aku bertanya, dengan siapa aku patah hati ?
Untuk siapa kekecawaanku tertuju ?
Bagaimana aku bisa menjadi tak tentu arah

Seorang saudara coba menyejukkanku
“jika kau sedang merasa terkungkung dalam kegelapan, maka segeralah untuk mencari sakelar di dekatmu. Nyalakanlah dan akan kau dapati bahwa cahaya begitu ada, dekat denganmu. Mengeluh dan hanya menunggu dalam kegelapan hanya akan membuat jiwamu semakin keruh, sulit untuk mengenali Pelita, meskipun lentera ada di dekat kakimu, di ujung lorong sana.”
Aku kemudian menekur, mencari kata
Meneguhkan jiwa, meski mungkin tak sehebat apa jua


Tidak ada komentar:

Posting Komentar