Rabu, 05 Mei 2010

He's name is Zidan

Namanya zidan. Bla bla bla Zidan bla bla bla, tapi teman-temannya memanggilnya Zidan. Gurunya pun memanggilnya mas Zidan, sementara orangtuanya memanggilnya kakak karena dia adalah anak pertama dari perkawinan orangtuanya. Anaknya gemuk, bisa dikatakan mengalami obesitas untuk ukuran usia sembilan tahun. Kulitnya cukup hitam dibanding anggota keluarganya yang lain. Namun Orangtua zidan tidak pernah membandingkan zidan dengan orang lain. Ibunya sangat menyayangi Zidan layaknya sayang dan cinta sang ibu kepada anak. Setiap siang sang Ibu selalu berkunjung ke sekolah untuk menemani Zidan melahap makan siangnya yang dipesan dari catering sekolah. Terkadang sang ibu membawa menu lain, makanan kesukaaan Zidan, yakni menu makanan dari ayam.

Aku mengenalnya karena pekerjaan. Sebuah pekerjaan yang sebenarnya baru untukku, terutama untuk dilakukan dalam praktek nyata. Zidan mempunyai kekurangan seperti semua manusia ciptaan Tuhan. Hanya saja kekurangan Zidan ini membuatnya harus mendapat penanganan yang khusus sejak awal. Terutama karena kekurangan ini telah diketahui lebih dini dan, tanpa adanya bantuan atau penanganan ekstra maka dikhawatirkan Zidan akan terjebak dalam kekurangannya itu.

Kekurangan zidan adalah karena dia anak dengan tipe slow learner. Tipe anak yang sulit belajar dan memahami materi yang disampaikan orang lain atau guru kelas. Maka dapat ditebak aku adalah guru shadownya. Guru pendamping yang menemani Zidan melalui masa sekolahnya untuk menghantarkan materi yang tidak dimengerti zidan dengan bahasa serupa yang diutarakan guru kelas kepada teman-temannya yang lain.

Aku tidak menyebut kelemahan Zidan ini adalah lemah mental atau kata apapun yang sering digunakan orang untuk menunjuk anak yang kurang di sisi akademik dan pemahaman. Karena menurutku pribadi, setiap anak adalah unik dan mempunyai kekurangan dan masalahnya sendiri-sendiri. Maka slow learner atau kesulitan serupa, bahkan “lemah mental” hanyalah bagian kecil dari kekurangan seorang manusia ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna. Selain itu, Zidan bukannya selalu tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru kelasnya. Terkadang ia mengerti secara langsung, terutama pada materi-materi pelajaran yang ia sukai. Seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Zidan mampu membuat puisi dan karangan sederhana ketika pelajaran bahasa Indonesia, padahal saat itu adalah pertama kali kelas Zidan dikenalkan dengan puisi dan mengarang cerita. Meskipun bahasanya sederhana khas anak-anak, namun ini adalah salah satu kelebihan yang dimiliki Zidan. Karena ternyata setelah dikoreksi hari itu, tidak semua teman zidan yang dilabeli “normal” oleh para guru mampu mengerjakan tugas mengarang cerita dan mengarang puisi (benar kan, setiap anak punya kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri).

Menjadi pendamping atau shadow bagi Zidan adalah suatu pengalaman baru untukku. Bahkan pelajaran yang baru dan tak ternilai, baik aku sebagai mahasiswa psikologi maupun aku sebagai pribadi. Yah, aku bukan hanya belajar bagaimana menangani dan memberi perlakuan yang benar bagi anak berkebutuhan khusus. Karena dari Zidan aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Tentang bagaimana dia bersungguh-sungguh menyelesaikan semua tugas dan kewajibannya dengan baik.

Zidan tak pernah mengeluh dan berhenti untuk menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan kepadanya. Ia selalu berusaha menyelesaikan meskipun sebenarnya ia ga tau apa-apa tentang tugas itu, he has no idea!!!. Ini bukan sesuatu yang kulebih-lebihkan karena dia anak didikku. Bukan!!. Tapi memang Zidan sudah memiliki mental itu dari awal aku mengenalnya. Tekun kata para pendidik lainnya.

Bukan berarti Zidan tidak pernah sama sekali mengeluh. Terkadang jika pelajaran sudah semakin siang dan ia harus mengerjakan ulangan atau latihan soal tanpa kudampingi penuh (hanya mengawasi saja), ia juga berkata “ ah susah bu”, di sela-sela pengerjaannya dan berhenti bekerja untuk SEMENTARA, ya untuk sementara. Karena setelah aku berkata “ memang kenapa mas Zidan? Ayo dibaca lagi soalnya..” Zidan akan menurut dan kembali mengerjakan. Atau ketika soalnya terlalu panjang ia akan berkata “ tadi sudah kubaca soalnya bu”, maka aku akan menjawab “ terus yang ditanyakan apa?” dengan memasang senyum untuknya. Dan Zidan kembali menelusuri soal dan memikirkan pemecahannya. Itulah Zidan, tidak pernah mengeluh dan pantang menyerah. Bahkan ketika ujian mid semester ia tidak memasang muka tertekan. Ia selalu tersenyum dan mengerjakan soal seakan soal-soal yang ada di lembar ujian adalah kecil untuknya. Meskipun begitu ketika waktu mengerjakan tiba ia mengerjakan dengan serius. Tidak ada bercanda atau mengobrol dengan teman sebelahnya. Apalagi mencontek, jauh dari kamus perilaku Zidan. Membanggakan bukan!!! 

Zidan juga sangat sayang dengan keluarga dan teman-temannya. Hal ini kusadari setelah aku beberapa waktu mengenalnya. Awalnya kupikir zidan tidak terlalu peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Karena menurut info yang kudengar dari guru dan orangtuanya adalah Zidan anak yang cukup tertutup dan pemalu di antara teman-temannya. Biasanya Zidan hanya akan menunduk dan jarang mau bermain dengan teman-temannya. Namun setelah beberapa waktu mendampingi Zidan, aku merasakan bahwa sebenarnya Zidan juga ingin bergaul dengan teman-temannya. Hanya saja terkadang ia takut dan ragu. Ia takut untuk diganggu dan diusili oleh teman-temannya yang memang terkenal usil dan jahil. Namun selama rentang itu ak bersama guru kelas berusaha membuat Zidan percaya, bahwa teman-temannya adalah baik dan ingin bermain bersamanya. Ketika ada perilaku jahil hanya karena teman-temanya gemes, senang dan ingin bercanda dengan Zidan. Kami juga membesarkan jiwa Zidan dengan memberikan sebanyak mungkin pujian dan kata-kata positif untuknya sehingga rasa minder dan malunya semakin berkurang. Alhamdulillah kini senyuman dan keceriaan Zidan hadir setiap hari ketika ia bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya. Ia tidak lagi canggung. Bahkan Zidan sering memberitahu teman-temannya ketika sedang jahil atau bermain di kelas, biasanya Zidan akan berkata “ Raymond, jangan nakal, nanti nggak ada temannya”, “ Evan, jangan ganggu dulu aku tuh lagi mengerjakan soal nanti kalau ga selesai gimana?”.

Tapi yah namanya anak-anak, semakin ia lengket dengan lingkungan maka efek dari lingkungan itu akan lebih terasa. Seperti Zidan semakin dia menyenangi bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya, maka semakin banyak pula bahasa dan kata-kata yang diserap Zidan dari pergaulannya itu. Baik dalam arti kata positif maupun negatif. .

Dari Zidan aku juga belajar bagaimana untuk tidak memperdulikan cemoohan dan gangguan dari orang lain. Kecuali jika hal itu adalah untuk kebaikan kita, seperti teguran dan saran dari orang lain atau teman kita untuk perbaikan diri kita. Aku juga belajar banyak tentang bagaimana menghadapi anak. Karena dalam kelas aku bukan hanya menghadapi Zidan, tapi juga teman-temannya dengan berbagai karakter. Padahal sebelumnya aku tidak tahu banyak tentang dunia anak, kecuali kepolosan dan kelucuan mereka. Namun ternyata dibalik kepolosan dan kelucuan itu tersimpan banyak misteri dan potensi yang akan sangat bermakna kalau kita pelajari dan berikan terbaik bagi anak-anak itu. Pada masa anak, mereka sedang belajar bagaimana caranya bernegosiasi dengan orang lain, berinteraksi, komunikasi. Bagaimana caranya belajar dan mempelajari banyak hal baru. Bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan dan norma-norma yang ada, padahal satu sisi ada ego yang masih sangat dominan untuk dilakukan. Dan masih banyak lagi yang lain. So jika didekat kita ada anak kecil yang sedang berkembang, cobalah untuk mendekati dan belajar banyak dirinya.

Setelah semuanya berjalan, dan Zidan sedang melakukan tugas perkembangan lainnya yang harus ia penuhi sebagai anak dan pribadi, aku pun sedang belajar untuk mengajarkan dia banyak hal. Sampai pada tahap tertentu terkadang aku merasa tak mampu. Namun senyuman, kepercayaan diri dan semangat Zidan membuatku sadar bahwa aku harus mengejar dan menjalankan semua rencana Tuhan untukku. Dan dengan itu aku akan mengerti banyak hal dan semoga dapat memanfaatkan ilmu yang aku punya untuk orang lain seperti salah satu mimpiku bagi hidup ini. Semoga saja.

Dan buat anda, siapapun anda, yang sedang menghadapi, mempunyai, berdekatan atau pernah melihat anak berkebutuhan khusus, dan anak pada umumnya, jangan pernah melabeli anak dengan label negatif apapun. Karena percayalah setiap anak berharga, setiap anak punya keunikannya sendiri. Dan setiap anak dapat menjadi tempat belajar yang sempurna bagi kita, manusia yang sama seperti dirinya.

Untuk Zidan, terima kasih atas semua pelajaran berharga selama ini. Dan kita masih punya banyak tugas dan pr yang menunggu untuk dikerjakan. Semangat mas zidan….  []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar