Sabtu, 24 Oktober 2009

kediaman saat fajar menjelang

saat itu waktu menunjukkan jam setengah empat pagi. anak-anak kos masih menggelepar dalam lelapnya, meskipun ada beberapa yang sudah memulai aktivitas paginya. seperti aku yang memulai pagi dengan sahur karena hari senin. sebenarnya nggak ada yang terlalu istimewa dengan sahurnya sendiri, hanya saja tengah aku dan teman kosku menikmati santapan sahur kami di ruang tengah (ruang untuk sholat), tiba-tiba terdengar alunan lagu bunda-nya potret dari kamar sebelah. santapan kami yang sebelumnya diisi dengan perbincangan ringan sesekali menjadi hening, perbincangan usai, mungkin hati kami sedang meraba baian rindu kepada rumah dan sosok bunda yang ada didalamnya. jujur saja, lagu itu selalu saja bisa membangkitkan rasa rinduku akan rumah yang telah sekian waktu tak ada dalam pandangan. yah, jadilah sisa waktu itu untuk menikmati rasa rinduku.

namun tak lama berselang, aku baru menyadari dan melihat sosok di depanku, teman yang dari tadi mengiringi acara sahur pagi. dia teman yang baru saja bergabung dalam kos ini, anaknya riang, selalu berceloteh dan berusaha untuk mengumpulkan kami semua disela waktu luang kami yang memang cukup sedikit (maklum pada sok sibuk semua,_), entah dengan rujak partynya malam2 ga pake acara ingat waktu, atau sekadar bercerita tentang apa yang ia lakukan hati itu. aku tidak berani membayangkan bagaimanakah perasaaannya saat itu. karena ayah dan ibunya telah lebih dahulu meninggalkan bumi ini. ia hanya tinggal dengan saudara dari orang tuanya. dan dipisahkan dengan saudara2 serahimnya karena tiap orang dari anggota kandungnya dibesarkan oleh saudara lainnya. aku meraba hatiku bagaimanakah perasaannya ? . mungkin terlalu mellow tapi yah, dia hanya gadis yang sedang beranjak dewasa dengan segala keinginin tahuan dan sedikit perhatian dari orang tua yang tidak dapat lagi ia terima. ia sendiri saat itu langsung terdiam, terdiam hingga penghujung acara sahur. kemudian bersih-bersih dan masuk ke kamarnya sendiri. entah apa yang ia lakukan...? aku hanya menerka ia sedang menikmati kerinduan pula dengan hatinya, namun tak kunjung ia dapati obat penwarnya selain aduan kepada TUHAN yang menjaga kedua malaikatnya.

episode cerita ini tentu saja tidak terlalu istimewa karena mungkin banyak pula anak yang mengalami cerita serupa, baik kehilangan satu atau dua dari orang tuanya. akibat perceraian, kematian atau hanya sekedar ditinggal akibat keresahan hati dan pergumulan dengan mimpi duniawi.

jika karena alasan yang tidak bisa dijangkau dengan kaki, layaknya kematian yang nggak bisa diprediksi sama sekali, mungkin aku bisa mengerti. tapi untuk kasus perceraian atau sesederhana ditinggalkan karena materi yang dicari, aku selalu menghela nafas dan berdoa dalam hati " TUHAN, selamatkan mereka dan kuatkan mereka". aku marah dan kecewa dengan para orang tua yang dengan egoisnya meninggalkan anaknya, titipan TUHAN, kemudian melenggang pergi dengan berbagai alasan.

mungkin akan ada yang menyangkal " nggak sesimple itu, karena hidup begitu kompleks, banyak hal yang harus dipenuhi, dll ". yeaahhh, what i can say ?? just b******T all of you ..!!!. bagaimanapun anak adalah harta yang kadang tak kau sadari dan acuhkan beitu saja. tidak pernahkah terlintas dalam diri orang tua itu untuk sesekali menengok ke dalam hati2 mereka yang rapuh, terkoyak akibat luka yang tak jarang tediam dan tak berani tersuarakan ke luar, menangis ketika tak lagi menemukan tempat mengutarakan pertanyaannya akan dunia...ALLAH,,jangan jadikan lagi manusia dengan keegosian ini memiliki titipan berhargaMU.....(sigh deeply). dan buat anak-anak di manapun mereka, ketahuilah bahwa kalian adalah berharga dengan segala kapasitas dan kondisi...jangan pernah menyerah dengan tatapan sinis atau kata-kata tak sedap yang sering dilontarkan oleh orang dewasa di sekitar kita. jadilah kebaikan, jadilah diri kalian dengan segala sisi malaikat di kedua rengkuhan sayapmu....karena masih banyak cinta tercipta unutk kalian di dunia..semangat anak-anak dunia!!!!

dan tentang temanku tadi, ia masih menjadi orang yang ceria dan semangat, tak jarang menyemangati yang lainnya. aku salut padanya, dan aku yakin ia selalu menjadi orang besar akibat kebesaran hati yang ditunjukkan orang tua dan kehidupan padanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar