Sabtu, 17 Oktober 2009

S.E.M.P.U.R.N.A

Berjalan pada bait-bait hidup yang terus melaju dengan dentuman keras berulurnya waktu
Kadang bagiku menyisakan sebuah tanya yang besar bagaimana kemudian semua ini akan mengarah
Dalam sebuah masa aku dirundung selimut sesal dan duka yang panjang
Dan hal itu membuatku tersudut dalam cahaya yang remang tak berbias
Menyesakkan, sungguh sangat menyesakkan
Walau dalam heningnya aku masih mampu tersenyum sekaligus tertawa dalam nanar
Maka dalam waktu yang berbilang aku pun mengulur detikku
Menghimpun dayaku, mengumpulkan mimpiku yang terserak, menyalakan semangatku, memompa nafasku, memacu adrenalinku,
Hingga terwujud aku dalam simfoni keberdayaanku yang kurangkum sendiri
Tak terkata memang, bahkan absurd untuk sekedar tersamar dalam sinarnya mentari
Jangan ditanya bagaimana aku berjalan dengan tertatih, amat tertatih
Hingga seringkali semangatku kembali pias, adrenalinku kembali turun, dan aku kembali tersimpuh
Tersimpuh dengan asa yang terputus, dengan derai yang tak menetes
Namun sebuah suara membahasakan kata untuk kembali melaju
Bahkan walau harus dengan merangkak jika tertatih pun aku tak mampu
Karena nuraniku sedang bercengkrama dengan kepedihan sekaligus makna didalamnya
Karena dengannya aku tahu bagaimanapun jalan yang kulalui takkan pernah berhenti seberapa rapuh pun aku merunduk, seburuk apapun aku menderai, sejauh apapun aku menjauh, sehebat apapun aku menyesali
Tak kan pernah ada kata akhir kecuali ada yang mengakhiri, jika tidak diriku dengan ketidakberdayaan atau Dzatku dengan waktu NYA yang tak terhingga
Dan saat ini Dzat itu belum mengakhirinya….
Lantas aku bertanya pada diriku sebenarnya
Sehebat apa aku mampu bertahan jika aku memulai langkah kembali? Setegar apa aku mampu melaju jika jalan yang kulampaui kembali berbatu dan melenggang terjal? Sekuat apa kakiku mampu berdiri jika kemudian aku tak tahu lagi arah yang kutuju?? Iyakah dalam keremangan ini aku mampu mencari pijar?

Tahukah kau akan arti keajaiban? Karena dalam keremangan itu aku menemukan keajaiban, ketika hatiku sendiri berkata dengan lantangnya…
“ aku tak kan pernah menyerah…tidak akan kutunaikan mimpi hanya dengan sekedar asa yang tesurut..jika jalan yang ada terwujud dalam bebatuan cadas, Gunung yang meretas tanpa batas atau aku harus merangkak pun..semua akan terlampaui..karena aku bukan sesiapa…aku tidak tahu apa dan didalam perjalanan ini aku akan menemukannya… dalam jawaban bersamaNYA…”
Dan sejak itu aku tahu sejatuh apapun nanti, selemah apapun aku kembali, maka yang kutahu adalah terus melaju dan menghimpun kembali semua daya yang kumiliki… hingga kutunaikan jalanku di hadapanNYA…
bukankah ini SEMPURNA???!!! Hhhhhhhhhhhhhhhhhh……………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar