Sabtu, 17 Oktober 2009

kenyaataannya (anak2 yang terabaikan)

Dan inilah kenyataan..kata orang sebuah ironi, namun kataku keadilan Tuhan.

Seorang anak tidak pernah memilih untuk berorang tua. Tuhan tahu bahwa ada orang tua-orang tua MakhlukNYA yang pantas dititipkan salah satu ciptaan terbaikNYA. Maka dalam sebuah rumah tangga, anak seharusnya menjadi anugerah yang tak ternilai dari sang pencipta. Penghargaan bahwa ia bersama pasangan yang telah di gariskan adalah orang terpercaya mendapat yang terbaik dariNYA.
Namun Ironisnya tidak semua pasangan yang dianugerahi jabatan orang tua berpendapat seperti itu. Tidak sedikit dari para orang tua, terutama akhir-akhir ini merasa terbebani menjadi “Orang tua”. Ditengah kesibukan yang begitu rupa, hadirnya anak malah dianggap sebagai sandungan atau hambatan tersendiri dalam meraih cita dan angan kehidupan. Belum lagi berbagai ego pribadi yang tersulur di dalam hati-hati mereka. Maka tak sedikit anak berorang tua yang merasa yatim piatu atau salah satunya. Tidak bisa bertemu karena waktu yang tersita oleh pekerjaan, oleh rapat atau kebahagiaan sesaat menjadi alasan. Dan tak sedikit anak yang menangis dalam diamnya menanti kapan ayah bunda mereka pulang dan mengecup dahi mereka sebelum tidur.
sedih melihat kegelisah jiwa mereka dalam tatapan mata sendunya seakan menuliskan sebuah irama...

Untuk bunda

Jam di rumah telah berdentang 12 kali bunda
Namun mengapa suara mobilmu pun belum lagi terdengar
Aku sudah mengantuk, lelah setelah berjam-jam menunggu hadirmu
Aku hanya ingin berkata “aku sudah beranjak remaja bunda”
Dan aku ingin tahu, apa pesanmu untuk ku?
Karena banyak pertanyaan yang menggelayut dalam samarnya duniaku

Tayangan televisi sudah berganti menjadi kumpulan semut hitam putih
Di mana engkau bunda ?
Aku menunggumu
Ada yang ingin kusampaikan
Bahwasannya, aku telah menjadi wanita sepertimu
Bibit anugerah Tuhan menjadi wanita dewasa telah ada padaku
Dan aku ingin bertanya
Bagaimana aku bisa menjadi wanita seutuhnya bunda ?
Karena banyak pertanyaan yang menggelayut dalam samarnya mataku

Malam-malam sudah kulewati tanpa hadirmu
Mengapa tak jua kau balas pesanku di selulermu
Ayah sedang tidak di rumah
Sedang abang sedang mengerjakan tugasnya di rumah teman
Selama beberapa hari lalu
Aku sendiri bunda
Dalam pekatnya malam
Dan dinginnya dinding yang kau bangunkan untukku

Temanku bercerita
Bahwa menjadi wanita ada yang harus disampaikan orang tua
Bahwa papa mamanya adalah orang pertama yang harus diberitahu
Bahwa papa mama adalah tempatku menyampaikan pertanyaanku
Dan aku ingin bertanya bunda

Guruku pernah berpesan
Segera sampaikan pada bundamu ya nak
Aku senang sekali bunda
Karena pesan guruku, engkaulah yang lebih berhak bercerita
Maka aku menunggumu di malamku yang kesekian
Karena aku tahu kau pun pasti senang mendengarnya

Bunda, jam kita berdentang kembali satu kali
Aku semakin lelah bunda
Kapan kau datang ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar